Bagaimana Graphics Card Membantu Industri Kreatif Digital?

Graphics Card

Industri kreatif digital, terutama yang berkaitan dengan bidang grafis dan 3D, adalah industri yang sangat membutuhkan kekuatan komputasi dan pemrosesan visual yang dimiliki oleh sebuah graphics card. Akan tetapi, bagaimana tepatnya sebuah kartu grafis atau GPU—baik GPU gaming maupun GPU profesional—membantu pekerjaan para seniman visual ini?

Graphics Card

3D Modeling

Peran sebuah graphics card dalam 3D modeling setidaknya dapat dilihat dalam dua hal, yaitu interaksi pengguna dengan perangkat lunak dan kecepatan rendering. Selain itu, GPU yang mumpuni juga memastikan tingkat akurasi yang tinggi selama proses modeling berlangsung.

Dalam hal interaksi pengguna, GPU membantu modeler untuk melihat atau bahkan memanipulasi model 3D secara real-time. Masalahnya, proses manipulasi model ini membutuhkan kemampuan komputasi yang besar. Makin rumit model yang dikerjakan, makin besar juga kemampuan komputasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, 3D modeler biasanya akan menggunakan workstation yang dibenamkan GPU kelas profesional untuk membantu meringankan pekerjaan.

Kemampuan kartu grafis untuk memproses model 3D juga akan membuat proses rendering menjadi lebih cepat. Hal ini karena makin kuat sebuah kartu grafis, makin banyak aspek dalam model 3D yang bisa diproses dalam waktu satu detik.

Animasi

Sebenarnya, pembuatan animasi merupakan proses yang menitikberatkan pada CPU ketimbang GPU. Namun, bukan berarti GPU yang sesuai tidak membantu proses yang ada, terutama dalam hal animasi 3D. Untuk kasus animasi 3D, makin realistis hasil akhir yang diinginkan, makin besar peran GPU dalam proses pembuatannya.

Aspek-aspek visual seperti tekstur, anti-aliasing, bayangan, pencahayaan, dan lain-lain cenderung membutuhkan kemampuan pemrosesan dari GPU ketimbang dari CPU. Selain itu, selama proses produksi, animator tetap melakukan pratinjau terhadap animasi yang dibuat. Selama proses pratinjau inilah kemampuan GPU untuk memproses animasi secara real-time diuji.

Akan tetapi, semua itu kembali ke peranti lunak yang digunakan. Beberapa program animasi 3D menitikberatkan kinerja ke CPU, beberapa program lain menitikberatkan beban kerjanya ke GPU. Ada juga yang menggabungkan kekuatan komputasi dari CPU dan GPU sekaligus. Animator memilki preferensi masing-masing tentang program animasi yang digunakan.

Efek Visual

Di masa kini, banyak seniman yang menggunakan efek visual digital (digital VFX) dalam karya-karyanya. Bahkan, VFX artist kini merupakan profesi yang berdiri sendiri. Banyak seniman efek visual yang bekerja sama dengan studio film atau animator untuk berkarya bersama.

VFX sendiri merujuk kepada aspek visual yang ditambahkan, dimanipulasi, dan diintegrasikan ke dalam video. Efek visual berfungsi untuk menambahkan aspek-aspek yang sebelumnya tidak bisa direkam saat proses syuting dilakukan, seperti efek ledakan, api, latar tempat, dan lain-lain.

Berbeda dengan special effect, VFX dibuat menggunakan peranti lunak komputer. Untuk menghasilkan efek yang realistis, seniman VFX tentu membutuhkan graphics card yang sanggup mensimulasikan, memproses, dan mengintegrasikan efek ke dalam footage mentah. Selain itu, tergantung dari software yang digunakan, proses rendering dari fail mentah menjadi video jadi yang siap ditayangkan mungkin akan menitikberatkan pada kinerja GPU.

Video Editing

Sebenarnya, untuk video dengan resolusi 720p atau lebih rendah, beban editing-nya bisa ditangani oleh CPU saja. Hanya saja, prosesnya akan memakan waktu yang lebih lambat. GPU yang mumpuni akan sangat membantu proses penyuntingan yang dikerjakan. Akan tetapi, makin besar resolusi dari fail mentah yang disunting atau resolusi akhir yang ditargetkan, peran GPU selama proses penyuntingan dan rendering menjadi makin krusial.

Dalam video editing, kartu grafis bertindak sebagai otak kedua yang bertugas meringankan kinerja CPU dalam proses editing sampai dengan rendering. Jika dibandingkan dengan CPU yang hanya memiliki inti dalam hitungan puluhan, jumlah inti pemrosesan dalam sebuah GPU yang mencapai ribuan tentu akan lebih efisien dalam pengolahan data-data visual.

Augmented Reality (AR)

Augmented reality (AR) adalah sebuah istilah yang merujuk kepada dunia nyata yang diberi peningkatan secara digital. Peningkatan ini bisa berupa visual, audio, atau aspek lain yang bisa dirasakan oleh indra manusia. Akan tetapi, visualisasi digital di dunia nyata merupakan penerapan AR yang paling populer untuk saat ini.

Dalam aspek visual, teknologi AR bekerja dengan cara memindai, memproses, dan menambahkan layout digital ke dunia nyata yang ditampilkan melalui layar atau proyektor. Karena dilakukan secara real-time, kartu grafis yang dibutuhkan untuk memastikan proses AR berjalan dengan lancar dan sempurna.

Virtual Reality (VR)

Virtual reality (VR) atau realitas virtual pada dasarnya adalah simulasi 3D skala besar. Sesuai dengan namanya, VR dirancang agar pengguna bisa “hidup” di dalam realitas digital yang dimasuki. Untuk bisa masuk ke dalam sebuah realitas virtual, pengguna membutuhkan perangkat khusus berupa VR Headset atau VR Helmet. Perangkat inilah yang akan menampilkan hasil simulasi dunia virtual kepada pengguna.

Karena merupakan simulasi 3D skala besar dan real-time, sudah tentu VR membutuhkan kemampuan pemrosesan grafis yang luar biasa. Untuk saat ini, kartu grafis gaming modern yang beredar di pasaran sudah dirancang agar bisa digunakan untuk menjalankan game VR dengan lancar.

Penutup

Dalam industri kreatif seperti yang disebutkan di atas, graphics card adalah komponen utama yang menjalankan parallel processing dan proses pengolahan data yang kompleks. Dengan kata lain, tanpa kartu grafis yang mumpuni, industri kreatif digital tidak akan menjadi seperti sekarang.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *